Saturday, 21 March 2015
Buah Kelapa Sawit
Whats Crude Palm Oil (CPO) ?
Whats Crude Palm Oil (CPO) ?
Crude Palm Oil (CPO) is the oil obtained from the mesocarp part of palm oil fruit (see picture). Shows the process undergone by fresh fruit bunch (FFB) to produced CPO. The Crude Palm Oil (CPO) Produced is further processed to yield either red or bleched cooking oil and detergent.
Below shows overall composition of Palm Oil fruit
Below
shows the Composition of mesocarp where the oil account for 39% of the
overall composition. Crude Palm Oil (CPO) si obtained from the mesocarp
part of palm oil fruit after undergoing through several process such as
sterilization process, stripping, extraction and purification.
Nasib Industri CPO Di Indonesia
Saat
ini produsen minyak nabati dunia dipegang oleh Indonesia dengan minyak
nabatinya yang bersumber dari sawit. Industri sawit yang dulunya
dipandang sebelah mata, kini menjadi harapan jutaan masyarakat Indonesia
untuk melanjutkan hidupnya. Dengan perkiraan total areal perkebuanan
sawit tahun 2012 mencapai 8,2 juta hektare, Indonesia sudah melampaui
Malaysia menjadi produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia. Saat ini
Indonesia menguasai 44,5% produksi CPO dunia, sedangkan Malaysia 41,3%.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan produksi
minyak sawit mentah Indonesia pada 2012 mencapai 25 juta ton. Angka
tersebut setara dengan US$ 25 miliar atau Rp 225 triliun sesuai proyeksi
harga sawit di pasar internasional US$ 1.000 per ton
(duniaindustri.com).
Riau
merupakan daerah penyumbang terbesar atas kenaikan produksi CPO
Indonesia. Menurut Dinas Perkebunan Propinsi Riau, tahun 2010 luas
perkebunan sawit 2,1 juta ha. Merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang
sangat besar untuk Riau. Selain dianugerahi minyak bumi yang banyak
(meskipun saat ini menipis), tanah yang “subur” sangat ideal untuk
berkembangnya sawit hingga menjadi populer seperti sekarang. Bahkan
saking kayanya Riau, banyak yang menjuluki Riau sebagai negeri kaya
minyak diatas dan dibawah tanah.
Jika
perkebunan sawit di Indonesia sangat sukses dan berkembang pesat,
bagaimana pengelolaannya?. Tanaman sawit merupakan tanaman yang hampir
semua komponennya dapat diolah menjadi lebih berguna. Seperti buahnya
untuk minyak goreng, sabun, margarin, bijinya untuk gliserin, sedangkan
limbahnya merupakan biomassa untuk energi terbarukan seperti gasifikasi
dan nitroselulosa (dalam tahap penelitian). Akan tetapi saat ini
kebanyakan sawit hanya diolah menjadi CPO. Lihat saja perbandingan
pabrik pengolahan sawit menjadi CPO tidak sama dengan pabrik pengolahan
CPO menjadi barang jadi yang tidak proporsional. Di Riau saja, jumlah
pabrik CPO mencapai 146 buah sedangkan untuk pabrik minyak gorengnya
saja hanya sekitar 2 buah. Lalu, bagaimana prospek Industri CPO
kedepannya? Apakah hanya mengolah sawit menjadi CPO saja fokus
pemerintah?. Dengan semakin banyaknya pabrik CPO seharusnya pemerintah
mengambil langkah atau membuat kebijakan untuk membangun pabrik- pabrik
hilir untuk mengolah CPO lebih banyak seperti pabrik minyak goreng,
sabun, atau bahkan biodiesel.
Banyak yang menilai ber-industri di Indonesia sangat jelimet.
Mengapa demikian? Saya menyimpulkan alasan yang membuat Industri CPO
dan turunannya mandeg. Yaitu, adanya politisasi kebijakan. Contohnya
seperti diatas tadi jumlah pabrik CPO tidak sebanding dengan pabrik
turunan CPO. Malahan, jumlah ekspor CPO tiap tahunnya meningkat bukannya
membangun pabrik pengolahan sendiri di Indonesia. Apakah pemerintah
lebih fokus di penjualan ke luar negeri hanya untuk mengambil keuntungan
sendiri atau tidak percaya diri untuk mengembangkannya?. Mengapa saya
mengatakan demikian?, saya ambil contoh sabun mandi yang kita gunakan
berasal dari CPO yang diekspor oleh Indonesia ke luar negeri atau es
krim yang berbahan baku minyak nabati merupakan hasil ekspor Indonesia.
Daripada mengekspor toh barang jadi (hilir CPO) diimpor lagi ke
Indonesia, bukankah lebih ekonomis dan beruntung jika Indonesia
membangun sendiri pabriknya lalu menjual ke luar negeri?
Adanya
sentralisasi kebijakan juga membuat industri ini tidak merata dan
berkembang di daerah- daerah perkebunan sawit. Bukti di lapangan
menunjukkan, pabrik minyak goreng lebih banyak di bangun di pulau jawa
dan medan sedangkan di Riau hanya 2 pabrik. Bukankah lebih murah biaya
produksi minyak goreng jika pabriknya dibangun di dekat bahan bakunya
(CPO)?. Logikanya, jika CPO dari Riau diolah di jawa atau medan menjadi
olahan jadi pastinya akan menambah biaya transportasi.
Kelangkaan
BBM (minyak bumi) seharusnya mampu menggelisahkan pemerintah untuk
mulai mengembangkan energi terbarukan. Saya teringat apa yang dikatakan
almarhum WAMEN ESDM, yang mengatakan bahwa masyarakat Indonesia
seharusnya mengetahui bahwa Indonesia sudah tidak kaya minyak bumi lagi.
Saya setuju dengan kebijakan beliau yang mengatakan kenaikan harga BBM
seharusnya membuat kita beralih ke biodiesel atau biosolar. Indonesia
mempunyai kelebihan bahan baku atau biomassa dibandingkan negara yang
sedang mengembangkan renewable energy seperti India dan Cina.
Minyak CPO saat ini sudah dikembangkan dan bisa diolah menjadi
biodiesel. Bukankah itu peluang untuk mengatasi keterbatasan energi?
Banyaknya
industri di suatu negara akan menunjukkan maju atau tidaknya negara
tersebut. Jepang dengan industri motor dan elektroniknya, Jerman dengan
industri pesawatnya atau negara lainnya merupakan negara yang maju
karena industrinya. Saya pribadi yakin Industri CPO dan turunannya akan
menjadi branding Indonesia jika tidak ada politisasi dari
pemerintah. Sudah menjadi rahasia umum jika ada politisasi maka hal itu
akan merusak tatanan sebenarnya seperti PSSI, PBSI, Hukum atau lainnya.
Sudah
seharusnya orang yang ahlinya diberi kewenangan yang besar untuk
mengelola bidangnya. Ahli Industri mengelola Industri, ahli hukum
mengurusi hukum dan ahli politik mengurusi kepolitikan bukan sebaliknya.
Semoga Industri CPO di Indonesia semakin berkembang dan beberapa tahun kedepan Indonesia akan bergantung pada CPO.
Kenapa harus minyak sawit?
Kelapa sawit merupakan tanaman yang cukup tangguh terutama bila terjadi perubahan musim. Berbeda dengan tanamn penghasil minyak nabati lainnya. Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan dua jenis minyak sekaligus yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit. Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Beberapa keunggulan itu adalah :
- Tingkat effisiensi minyak tinggi sehingga mampu menempatkan CPO menjadi sumber minyak nabati termurah.
- Penggunannya sangat luas
- Sebagai sumber energi yang baik.
- Dengan karakteristik unik yang dimilikinya terutama dalam hal potensi kandungan vitamin E dan Kerotenoid, serta tidak mengandung asam lemak Trans beberapa penelitian telah banyak yang menunjukkan bahwa penggunaan minyak sawit dalam bahan makanan berpengaruh positif terhadap kesehatan tubuh.
- mengandung antioksidan alami (tokoferol dan toko trienol). Telah banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan bahwa tokoferol dan tokotrienol bisa melindungi sel-sel dari proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker.
- Komposisi asam lemak seimbang dan mengandung asam lemak lenoleat sebagai asam lemak esensial.
- produktifitas minyak sawit tinggi yaitu 3.2 ton/ha, sedangkan minyak kedelai, lobak, kopra, dan minyak bunga matahari masing-masing hanya : 0.34, 0.51, 0.57, dan 0.53 ton/ha.
- Sifat Intercgeable nya cukup menonjol dibandingkan dengan minyak nabati lainnya karena memiliki keluwesan dan keluasaan dalam ragam kegunaan baik dibidang pangan maupun non pangan.
- Sekitar 80% dari penduduk dunia khususnya dinegara berkembang masih berpeluang meningkatkan konsumsi perkapita untuk minyak dan lemak terutama minyak yang harganya murah (minyak sawit).
- Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia yang berbahan baku CPO, terutama dibeberapa negara maju seperti Amerika, Jepang dan Eropa Barat.
Selain kandungan kolesterol dalam minya swit yang rendah juga mengandung asam lemak tak jenuh yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Minyak kelapa sawit juga mengandung karoten (sumber provitamin A) yang berfungsi sebagai bahan obat anti kanker dan karoten deterofenol untuk bahan pengawet yang meningkatkan kemantapan minyak terhadap oksidasi (mencegah bau tengik). Kandungan lainny adalah tokoferol sebagai sumber vitamin E yang dapat melindungi kulitt dari oksidasi dan oleokemikal seperti asam lemak, metil ester, lemak alkohol, asam amino, dan gliserol yang dapat digunakan sebagai bahan baku minyak makan (margarin, minyak goreng, butter, dan minyak untuk pembuatan kue)
Bagan Batu Riau Kembang Pesat
Pertumbuhan Penduduk dan Ekonomi Bagan Batu Berkembang Pesat
Berdasarkan data di Kepenghuluan Bagan Batu, Kecamatan Bagan Sinembah jumlah penduduk di daerah ini setiap tahunnya berkembang pesat.
Dengan pesatnya jumlah penduduk di daerah ini, maka tak heran kalau para investror juga mulai berdatangan dan menanamkan investasinya untuk membuka usaha di kota Bagan Batu ini. Aneka suku yang heterogen-pun menambah geliat maju kota ini.
''Tak heran kalau kota Bagan Batu sekarang ini diserbu oleh warga pendatang dan para invenstor juga berlomba-lomba menanamkan investasinya. Karena perkembangan pembanguna kota ini sudah tidak bisa dibendung lagi,'' kata Datuk Penghulu Bagan Batu Kecamatan Bagan Sinembah, Drs. H.Muchtar.
Menurutnya, pertumbuhan penduduk di daerah ini mulai tiap bulannya semakin hari semakin meningkat. ''Untuk itu hingga sekarang ini kita terus melakukan pendataan kepada warga di daerah ini. Baik yang sudah meninggal maupun yang hidup termasuk warga-warga pendatang,'' jelasnya. (Jonathan/MRNetwork)
Riau Bumi Melayu
Keramahan Bumi Melayu
Pulau Sumatera
sangat kental dengan warna suku Melayu. Bahkan, bahasa Melayu menurut
beberapa sumber memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi bahasa
Indonesia. Salah satu provinsi di Sumatera yang sangat kuat nuansa
melayunya adalah Provinsi Riau.
Mulai dari arsitektur bangunan, corak kebudayaan, bahasa, dan hal
lainnya di Riau kebanyakan berangkat dari corak kebudayaan Melayu.
Mayoritas penduduknya adalah suku Melayu. Orang melayu pada
umumnya berbicara dengan nada halus dan mendayu, sangat menyenangkan
untuk didengar. Bumi Melayu, begitulah Riau biasa disebut.
Geografi
Provinsi Riau memiliki luas 87.023,66
km². Sumber daya alam yang ada di provinsi ini, seperti minyak bumi dan
gas alam, berhasil membuatnya menjadi salah satu provinsi dengan tingkat
kesejahteraan penduduk yang cukup tinggi. Ibukota Provinsi Riau adalah
Kota Pekanbaru. Secara koordinat, Riau terletak pada 1º 15′ LS hingga
-4º45’LU dan 100º 03′ hingga 109º 19′ BT. Curah hujannya antara 2000
hingga 3000 milimeter per tahun dengan hujan per 365 hari sekitar 160
hari.
Selain
minyak bumi dan gas alam, Riau juga memiliki aset kekayaan hutan dan
perkebunan. Perkebunan yang paling berkembang adalah kelapa sawit,
kelapa, dan karet. Riau bahkan memiliki area seluas 1.34 juta hektar
untuk perkebunan kelapa sawit. Kini, terdapat sekitar 116 pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) dengan total produksi CPO per tahun
3.386.800 ton. Kini pemberlakuan otonomi daerah memberikan efek positif
terhadap perkembangan ekonomi Riau sebab segala hal seputar penanaman
modal, pemanfaatan sumber daya alam, dan sistem bagi hasil telah diatur
dengan tegas pembagiannya antara pusat dan daerah.
Sebelah utara Provinsi Riau berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Riau
dan Selat Melaka, di sebelah selatan dengan Provinsi Jambi dan Selat
Berhala, di sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara
di sebelah baratnya. Terdapat 15 sungai di Riau dan empat yang terbesar
adalah Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai Kampar, dan Sungai Inderagiri.
Sungai-sungai ini bermuara ke Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.
Kondisi geografis Riau membuatnya
dilirik beberapa perusahaan besar karena dianggap potensial dalam hal
hasil alam. Perusahaan Chevron Pacific Indonesia anak perusahaan Chevron
Corporation, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk di Perawang, dan PT.
Riau Andalan Pulp & Paper di Pangkalan Kerinci adalah beberapa dari
sekian banyak perusahaan besar yang beroperasi di Riau.
Provinsi Riau dipimpin
oleh seorang Gubernur. Sejak tanggal 1 Juli 2004, Kepulauan Riau yang
mulanya adalah bagian dari Provinsi Riau dimekarkan menjadi Provinsi ke
32 di Indonesia.
Provinsi Riau memiliki 11 Kabupaten/ Kota, diantaranya adalah:
- Pekanbaru
- Kuantang Singingi
- Inderagiri Hulu
- Inderagiri Hilir
- Pelalawan
- Siak
- Kampar
- Rokan Hulu
- Bengkalis
- Rokan Hilir
- Dumai.
Jika ditilik ke belakang, Riau pernah
menjadi daerah penghasil berbagai hasil bumi. Beberapa diantaranya
seperti Pulau Bintan dengan penghasilan lada yang besar, Pulau Tujuh
sebagai penghasil Kopra terbesar di Asia tenggara. Lalu Bagan Siapi-api
sebagai penghasil ikan terbesar di Indonesia. Bahkan, Pulau Batam juga
pernah berada di masa kemakmurannya dengan hasil Batu Bara oleh
perusahaan Raja Ali Haji. Anda bisa bayangkan bukan betapa kayanya hasil
alam Provinsi Riau.
Budaya
Berdasarkan sensus tahun 2010, jumlah
penduduk Riau adalah 5.538.367 jiwa, dengan kepadatan 64/km2 (160/sq
mi). Sebagaimana simbolnya sebagai salah satu pusat peradaban suku
Melayu, persentase suku penduduk di Riau secara berurut adalah Melayu,
Jawa, Minangkabau, Batak, Banjar, Tionghoa, dan Bugis. Senada dengan
mayoritas suku, bahasa yang paling banyak digunakan di Riau adalah
bahasa Melayu, disusul oleh bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia. Di
daerah kepulauan, bahasa Melayu semakin kental dengan logat dan
dialeknya. Setiap kabupaten memiliki dialeknya masing-masing, sehingga
walaupun sama berbahasa Melayu tetapi akan terdengar berbeda dari irama
dan kebahasaannya.
Agama Islam masih tetap dominan di
Provinsi Riau, sebagaimana juga dengan Indonesia secara umum. Pemeluk
agama Kristen Protestan, Buddha, Katholik, dan Hindu pun juga mendiami
provinsi ini. Banyak terdapat Mesjid-mesjid indah di sini. Bahkan, di
beberapa titik mesjid dan gereja dibangun berdekatan. Ini membuktikan
tingginya tingkat kerukunan umat beragama di Riau.
Provinsi Riau memiliki maskot berbentuk Ikan Selais
yang akan Anda temui saat berada di Ibukota Provinsi yaitu Pekanbaru,
tepatnya di depan kantor walikota Pekanbaru Jalan Jenderal Sudirman.
Ikon ini diberi nama Tugu Ikan Selais Tiga Sepadan.
Beberapa budaya khas yang cukup populer di Riau adalah kain songket Melayu,
lagu daerah seperti lagu Lancang Kuning, Langgam Melayu, Lenggang
Kangkung, Zapin Laksmana Raja di Laut, Zapin Pantai Solop, dan tarian
Pucuk Pisang, tarian persembahan, tepung tawar, dan lainnya. Tepung
tawar adalah berupa tradisi yang selalu ada di setiap upacara adat yang
mengandung hal kebahagiaan, seperti kelahiran, pernikahan, ataupun acara
memasuki tempat tinggal baru. Pada acara pernikahan, penaburan tradisi
tepung tawar akan dilakukan mulai dari orangtua kedua mempelai, nenek
dan kakek, serta dilanjutkan oleh semua keluarga kerabat dekat. Selain
itu, songket melayu juga terkenal seantreo tanah air. Banyak juga
wisatawan yang hadir menjadikannya sebagai oleh-oleh untuk orang-orang
terdekat mereka di tempat asal. Songket melayu memiliki corak dan bahan
yang khas dan dapat dipadupadankan dengan jenis-jenis pakaian formal
seperti baju kebaya.
Wisata
Kawasan
Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi dapat dikatakan minim objek
wisata alam. Tetapi, Anda tidak perlu berkecil hati setibanya di Riau,
karena masih banyak tempat wisata potensial lainnya di luar kota
Pekanbaru yang dapat Anda jelajahi. Sederet objek wisata indah di Riau
adalah Air Terjun Guruh Gemurai,
Air Terjun Aek Martua, Objek Wisata Bono, Wisata Bahari di Kabupaten
Siak, Pulau Jemur, Pantai Rupat Utara Tanjung Medang, dan Taman Nasional
Bukit Tiga Puluh.
Wisata religi dan sejarah yang dimiliki
Riau juga tidak kalah hebatnya, sebut saja Candi Muara Takus, Masjid
Raya Pekanbaru, Perayaan Imlek di selatpanjang, Upacara Bakar Tongkang
di Bagan Siapi-api, Klenteng Hoo Ann Kiong dan tradisi pacu jalur Taluk Kuantan.
Jika Anda ingin bermalam agar dapat lebih lama menikmati keindahan Riau
Anda dapat menggunakan hotel-hotel di Riau yang direkomendasikan,
seperti Labersa Grand Hotel &Convention Center dan Grand Jatra Hotel.
Terlepas dari semua porsi wisatanya, Anda juga akan merasa nyaman selama berada di Bumi Melayu ini sebab penduduknya akan menyapa dan membantu Anda dengan ramah dan hangat.